16 Poin Evaluasi PBSI Usai Gagal di Asian Games 2023

PP PBSI melakukan evaluasi menyusul kegagalan kontingen bulutangkis Indonesia di Asian Games 2023 di Hangzhou, 23 September hingga 8 Oktober lalu. Ada 16 poin yang mereka soroti dan akan dibenahi. Apa saja?

Kontingen bulutangkis Indonesia berangkat ke Hangzhou dengan membawa target menembus tiga medali emas. Kepingan itu diharapkan datang dari beregu putra, ganda putra, dan tunggal putra.

Tapi ternyata dari ketiga sektor yang diharapkan, gagal diwujudkan. Fajar Alfian dkk tak mampu membawa satu pun medali dari multievent terbesar di Asia tersebut.

Kegagalan ini menjadi yang terburuk karena untuk kali pertama sejak cabor bulutangkis dipertandingkan di Asian Games 1962. Indonesia tak mendapatkan medali di multiajang olahraga yang digelar empat tahun sekali tersebut.

Kepala bidang Pembinaan Prestasi PBSI Rionny Mainaky mengakui kegagalan tersebut dan langsung melakukan rapat evaluasi pada 9 Oktober kemarin. Ada 16 poin yang mereka soroti dan akan perbaiki.

Berikut rincian poinnya seperti yang dinyatakan Rionny saat ditemui di Pelatnas PBSI, Cipayung, Rabu (11/10/2023).

1. Saya atas nama tim bulutangkis Indonesia meminta maaf kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga, Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) dan seluruh masyarakat Indonesia atas kegagalan ini. Hasil ini tanggung jawab saya sebagai Kabid Binpres PP PBSI.

2. Saya juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dan motivasi seluruh pihak berupa saran, kritik dan masukan kepada kami. Ini akan menjadi bahan evaluasi kami untuk melakukan pembenahan demi perbaikan.

3. Dalam rapat evaluasi lengkap yang digelar di Pelatnas PBSI Cipayung, Senin, 9 Oktober 2023, saya, para pelatih, pengurus harian, dan team support sudah menyatakan komitmen untuk bersama-sama berbenah. Kami tidak saling menyalahkan, tetapi saling mendukung untuk bersama-sama berbenah dan mencari solusi terbaik untuk membangkitkan kembali prestasi bulutangkis Indonesia. Segala kekurangan dan kelemahan ini akan kami segera benahi.

4. Kegagalan di Asian Games Hangzhou, bukan semata karena faktor fisik. Kondisi fisik pemain tetap prima, walaupun hasilya kalah. Para pemain tidak bisa menunjukkan performa terbaik karena mendapat tekanan mental harus juara, tidak boleh kalah. Dampaknya jadi ragu-ragu, kurang yakin. Padahal, mereka tampil ke Hangzhou dengan bermodalkan hasil sukses di AG Jakarta 2018.

5. Di lapangan, terlihat para pemain permainannya tegang, tertekan, tidak enjoy atau tidak bisa menikmati permainan. Mereka tidak bisa keluar dari tekanan mental harus menang. Mental, fokus, konsentrasi, dan tidak bisa keluar dari beban harus menang. Semua kelemahan pemain ini coba kami benahi.

Baca juga: Bulutangkis Jeblok di Asian Games, Masih Jadi Andalan di Olimpiade?

6. Misalnya, Jojo (Jonatan Christie) kalah karena ragu-ragu, kurang yakin, tegang. Dia terlalu kepikiran tidak mau mengecewakan tim. Dampaknya, main kurang nyaman dan terbebani, shingga banyak melakukan kesalahan sendiri.

7. Hal serupa ada pada diri Gregoria (Mariska Tunjung) Sangat terlihat ketegangan. Sudah berupaya keras, tetapi tetap tak berhasil melepas rasa tegang. Akhirnya banyak salah dan serba ragu-ragu.

8. Untuk ganda putra Fajar/Rian, memang mereka kalah speed and power. Mereka harus bisa lebih maksimal dan fokus dalam menjalankan program latihan fisik. Harus bisa merancang strategi bermain yang lebih variatif dan tak monoton. Mereka harus lebih serius mempelajari kelemahan, kelebihan lawan, serta kekurangan dan kelebihan sendiri.

9. Para pelatih sudah berkomitmen bersama pemain untuk membenahi soal bagaimana bisa mengubah tekanan dan keinginan harus menang ini bukan sebagai beban, tetapi diubah menjadi motivasi. Pelatin akan lebin banyak bicara dari hati ke hati dengan pemain. Gairah, antusias, dan semangat pemain untuk tidak mau kalah harus terus dikobarkan.

10. Meski bukan menjadi titik lemah atau faktor utama kekalahan, bersama para pelatih fisik, kami akan menata ulang bagaimana tingkat kebugaran fisik pemain. Semua akan kami genjot dan tingkatkan kebugaran fisik pemain lebih prima.

11. Para pemain yang mengalami cedera atau mengeluh ada cedera, akan segera ditangani Profesor dr. Nicolas Budhiparama, dokter terbaik yang ada di sini.

12. Pemain yang memiliki massa lemak tubuh di atas rata-rata atau tampak kegendutan, akan mendapat perhatian dari dua dokter gizi, dr Ventinly Tan dan dr. Paulina Toding. Asupan gizi dan nutrisinya akan diperhatikan lebih serius.

13. Untuk menjaga fokus, daya juang, motivasi, dan semangat, psikolog-psikolog PBSI juga akan terus melakukan pendampingan. Bahkan, pakar motivasi Andrie Wongso pun akan terlibat langsung. Apabila ada pemain membutuhkan pendampingan atau konseling psikolog dari luar pelatnas, juga diizinkan.

14. Dalam proses pengiriman pemain ke turnamen, juga akan kami benahi dan tinjau lagi. Ini agar pemain bisa tampil dengan peak performance terbaik dan bisa fokus untuk menjurai turnamen yang dikuti. Juga untuk mengurasi resiko cedera kalau terus menerus diterjunkan di banyak turnamen.

15. Sebagai bagian dari peningkatan performa, semua lini siap saling mendukung. Misalnya, tim video analisist yang selama sudah berjalan baik dengan segala analisis tentang kekuatan dan kelemahan lawan, akan terus membantu pemain dalam menganalisis semua lawan.

16. PBSI sudah membentuk Tim Pokja Menuju Olimpiade Paris 2024. Ini demi meraih sukses di Paris 2024. Tim diketuai Fadil Imran, Sekjen PP PBSI dengan melibatkan banyak pihak, dokter, profesor sports science dari UPI Bandung, pakar motivasi, legenda bulutangkis, para peraih emas Olimpiade.

Baca juga: Menpora Dito: Bulutangkis Gagal di Asian Games 2023 karena…

(mcy/cas)